Cari Blog Ini

Kamis, 27 Mei 2010

Rantai Zarathustra

Jika berkali-kali terulang maka semua selalu terasa lebih. Saat diri sebagai manusia menyadari sepenuhnya bahwa Ia hidup maka saat itu pula terasa menyakitkan bahwa diri ini mungkin sudah lama mati
Semua manusia terlihat aneh di mataku. Siapapun bicara seolah tahu apa itu kebaikan dan keburukan? seakan mereka menyadari bahwa Apa yang mereka anggap baik maka itulah Kebaikan dan Apa yang mereka anggap buruk maka itulah Keburukan. Terlihat jelas di mataku Noda hitam bagi mereka yang tidak melihat. Mereka yang berbicara atas nama kebaikan, mereka yang menyeru pada keluhuran, mereka yang menasehati dalam kebenaran ternyata tidak pernah terlepas dari Rantai Noda yang melilit dengan erat.
Ada di antara mereka yang berkata “Kasihanilah sesama” tetapi saat berjalan pandangan matanya tidak pernah teralih ketika ada anak kecil yang menangis di depannya. Anak menangis itu biasa, sungguh sangat biasa sehingga tidak ada yang perlu diributkan. Begitu terbiasa hingga lupa kalau ada, yah begitulah kenyataan yang terlihat. Seringkali Ia berbicara etika yang luhur, seringkali ia bicara tentang kasih sayang terhadap sesama manusia tetapi Mengapa sebuah tangisan tidak menusuknya begitu dalam. Padahal Anak itu menangis karena ia belum makan sejak pagi tadi. Bukankah sangat mudah untuk memberi makanan? ya mudah sekali tetapi ternyata sangat sulit untuk tahu bahwa ada anak yang menangis karena lapar. Dalam pikirannya Biasalah anak kecil menangis paling-paling cuma kenakalan anak kecil. Bagaimana bisa tahu kalau tidak pernah terusik untuk tahu, bagaimana bisa peduli kalau tidak pernah terusik untuk peduli. Semua orang peduli tetapi hanya sedikit orang yang terusik untuk peduli. :(
Ada di antara mereka yang berkata “perlakukan orang lain sebagaimana kau ingin diperlakukan”. Perkataan yang sungguh mulia. Ingin sekali kuhormati orang yang berkata begitu seandainya saja aku tidak melihat ketika ada orang tua yang berkata kapadanya “Maaf saya sakit” Ia menjawab “kesebelah situ saja, saya lagi sibuk”. Tidak tahukah ia kalau dari tadi orang tua itu berjalan kesana kemari karena entah mengapa semua orang menjadi sibuk ketika ia sedang sakit. Sungguh seperti tidak ada yang patut disesali, karena rasa sakit orang lain tidak terasa begitu nyata dengan rasa penat yang dialami. Siapapun ingin ketika dirinya merasa sakit maka Ia mendapat pertolongan dari mereka yang mampu menolongnya. Orang tua itu sangat sederhana, dalam anggapannya setiap mereka yang tampak putih adalah orang yang tepat untuk diminta tolong. Benar sekali hanya saja satu-satunya yang tidak diketahui orang tua itu adalah Mereka yang tampak putih itu mungkin juga sedang sakit. :(
 Ada di antara mereka yang berkata “Hormati pendapat orang lain”. Ini kebaikan yang begitu biasa dan sangat umum. Anehnya kebaikan ini ternyata juga luar biasa ketika ada banyak noda yang menghiasinya. Tidak jarang hanya karena berbeda tempat dan bagian maka semuanya menjadi begitu berbeda. Ia boleh saja seorang yang sangat ahli tetapi tidak berarti mereka yang tidak diakui sangat ahli adalah orang yang dengan mudahnya diacuhkan. Mungkin Ia tidak akan menganggap Semua pendapat selainnya salah tetapi Ia cuma tidak mengacuhkan bahwa Orang lain bisa lebih benar dari dirinya dalam kasus tertentu. Orang ini bersikap sederhana dengan ide universal bahwa semua orang harus dihormati pendapatnya tetapi Dirinya begitu mudah mengeluarkan kata-kata “gimana sih kok begitu saja tidak bisa”, atau “duh jangan buat saya tertawa” atau “yang atasan disini siapa”, atau “memangnya kamu itu siapa”. Ternyata Memang kita harus menghormati orang lain sesuai dengan statusnya, siapakah ia atau dari golongan manakah ia. :mrgreen:
Siapa saja tidak bisa menerima kata-kata yang kasar, itu adalah hal yang sudah menjadi kesepakatan umum tetapi sayangnya tidak semua orang menyadari bahwa hampir semua orang mudah sekali berkata kasar. Hal yang sederhana kadang membuat orang menjadi mudah sekali marah jika ia sedang benar-benar lelah. Teringat olehku seorang laki-laki berkata kepada seseorang “Pak tolong lihat ayah saya, dia menggigil”. Orang itu menjawab “kenapa sih dari tadi mengeluh terus”. Sungguh sangat dimaklumi kalau orang itu benar-benar lelah karena dari tadi kerjanya berjalan kesana kemari menangani orang-orang yang mengeluh dengan semua macam keluhan. Tetapi bukankah laki-laki itu tidak tahu? Ia cuma ingin menolong ayahnya, seandainya bisa mungkin ia sendiri yang akan menolong tetapi ketidakmampuan telah membuatnya berpikir satu-satunya yang bisa diminta tolong dan mampu disitu adalah orang yang ternyata sudah begitu lelah untuk mengurusi orang lain. Sepertinya kelelahan mudah sekali menginduksi kekasaran dan disitu sepertinya Kezaliman yang kecil bermain dengan sangat mudahnya. :(
.           Setelah terpandang olehku banyak manusia maka kualihkan pandangan pada diriku. Betapa mengerikannya ketika kulihat Rantai yang melilitku jauh lebih banyak dan noda itu jauh lebih pekat. Betapa itu membuat diriku benar-benar jatuh. Jatuh dalam keputusasaan akan apa itu yang namanya kebaikan dan keburukan. Pikiran ini entah mengapa menjadi terganggu. Betapa banyak Orang Baik yang ternyata adalah Orang Yang Dikira Baik. Betapa banyak Orang Mulia yang ternyata Sama Buruknya dengan yang lain. Betapa banyak keburukan yang ternyata tersemat dalam kebaikan. Keburukan Yang Terantai Dengan Erat Dalam Kebaikan Manusia.


Respect voo all..

Minggu, 23 Mei 2010

Bondan Profil


Nama lahir : Bondan Prakoso
Lahir : 8 Mei 1984 (umur 26)

Flag of : Indonesia
Pekerjaan : Penyanyi, Musikus
Tahun aktif: 1988 - sekarang
Pasangan : Margareth (merid tgl 17/12/07’)
Orang tua :

- Lili Yulianingsih (ibu)

- Sisco Batara (ayah)


Bondan Prakoso adalah pemusik Indonesia yang mengawali karir bermusik sebagai penyanyi cilik di tahun 80-an. Berkat album Si Lumba-lumba namanya melambung. Alumni D3 Sastra Belanda Universitas Indonesia ini memulai karir remaja dan dewasanya saat membentuk band Funky Kopral ditahun 1999 hingga tahun 2002. Kini ia membentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black.

Perjalanan Karier Bondan Prakoso :

Bondan Prakoso adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan dari Lili Yulianingsih dan Sisco Batara ini mengawali karirnya sebagai penyanyi cilik di era 80-an hingga awal tahun 90-an. Album perdananya yang bertitel Si Lumba-Lumba sukses dipasaran dan mencuatkan namanya.

Di tahun 1999, Bondan membentuk band Funky Kopral , sebagai bassis, hingga merilis 3 buah album. Bahkan album kedua band ini diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2001 untuk kategori Group Alternatif Terbaik. Ditahun 2003, Funky Kopral merilis album ketiga mereka dengan kolaborasi bersama Setiawan Djodi dengan hits singel Tokek dan lagi-lagi diganjar penghargaan AMI Sharp Awards ditahun 2003 untuk kategori Kolaborasi Rock Terbaik.

Sayang, setelah album ketiga mereka dirilis, band ini bubar. Hingga ditahun 2005 ia memebentuk band baru bernama Bondan Prakoso & Fade 2 Black dengan genre musik Pop Rock yang dipadu dengan Rap. Dengan band barunya ini, Bondan diganjar penghargaan serupa, yakni AMI Sharp Awards ditahun 2008 untuk kategori Group Rap Terbaik.

Sebelumnya, ditahun 2006 Bondan bersama 12 orang pemain bass dari berbagai band di Indonesia seperti Thomas "GIGI", Rindra "Padi", Bongky "BIP", Adam Sheila on 7 dan bassis Indonesia lainnya diganjar penghargaan oleh MURI untuk penghargaan Penampilan Bassis terbanyak dalam satu panggung.


Kehidupan pribadi :

Pada tanggal 17 Desember 2007, Bondan menikahi kekasihnya yang bernama Margareth atau yang akrab disapa Margie yang bertempat di Restoran Cibintung, Ciputat, Tangerang, dengan mas kawin berupa seperangkat alat sholat dan 17 gram emas.


Diskografi :

* 8 buah album anak-anak (1988-1995)

* 3 buah album Funky Kopral (1999-2002)

* 2 buah album Bondan Prakoso & Fade 2 Black:
o Respect (2005)
o Unity (2007)
o [(For All)] (2010)